REUTERS/Stephanie Keith
Oleh Andrian Saputra
Jumlah penduduk Amerika Serikat yang berpandangan Islamofobia mengalami penurunan. Survei Brookings Institut yang dirilis pada 29 Desember 2022 menyebutkan bahwa pandangan baik terhadap Muslim di Amerika Serikat meningkat secara substansial selama tujuh tahun terakhir. Pada 2016, sebanyak 58 persen responden yang disurvei Brookings memiliki pandangan yang baik tentang Muslim.
Setelah enam tahun, citra Muslim di Negeri Paman Sam membaik. Hasil studi dari lembaga riset yang sama pada Mei 2022 menunjukkan, jumlah tersebut meningkat hingga mencapai 78 persen. Tak hanya itu, jumlah penduduk Amerika yang menolak calon presiden Muslim juga mengalami penurunan. Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa baik Partai Republik maupun Demokrat perlahan-lahan menyambut baik gagasan untuk memilih kandidat Muslim. Jumlah total yang menentang turun dari 31 persen pada 2016 menjadi 26 persen pada 2022.
President of Nusantara Foundation dan Imam Besar Islamic Center New York, Amerika Serikat, Imam Shamsi Ali, mengatakan ada banyak faktor yang memengaruhi pandangan penduduk Amerika terhadap umat Muslim. Di antaranya meningkatnya partisipasi publik umat Muslim di berbagai sektor kehidupan.
<
>
REUTERS
Survei Brookings menyebutkan bahwa pandangan positif terhadap Muslim terus meningkat terlebih, setelah Donal Trump meninggalkan Gedung Putih. Sejak saat itu, menurut Shamsi Ali, Islamofobia di Amerika Serikat mengalami penurunan drastis. Lebih-lebih kedekatan Presiden Joe Biden dengan tokoh-tokoh Muslim di Amerika Serikat membuat pandangan positif terhadap Muslim semakin baik. "Iya Islamofobia menurun drastis pada masa Biden. Hal itu karena memang Donald Trump tidak saja dalam kebijakan anti-Islam, misalnya Muslim ban, tapi juga karakter pribadinya yang memang selalu anti-Islam," kata dia.
Pengamat luar negeri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Siswanto menilai semakin meningkatnya persepsi positif penduduk Amerika terhadap Muslim tak lepas dari gaya kepemimpinan Presiden Joe Biden yang menghargai kemajemukan di Amerika Serikat. Ini sangat berbeda dibanding era kepemimpinan Donald Trump yang sangat rasialis terhadap umat Islam.
Menurut Siswanto, hal tersebut turut memengaruhi persepsi pandangan publik Amerika terhadap Muslim Amerika yang tidak begitu baik dibanding era Joe Biden. "Biden berangkat dari partai Demokrat, calon yang berangkat dari Demokrat cenderung lebih menghargai hak-hak orang lain, lebih menghargai demokrasi, menghargai kemajemukan termasuk sikap mereka kepada Muslim. Saya kira berpengaruh. Jadi, ketika pemimpinnya memberikan respons positif terhadap eksistensi orang-orang Islam di sana itu akan berpengaruh terhadap opini publik di Amerika serikat di sana juga dibandingkan dengan tipe yang cenderung rasialis," kata dia.
Siswanto mengatakan, Joe Biden dan para elite Amerika dari partai Demokrat lebih memberikan apresiasi terhadap semua golongan termasuk orang-orang Islam di Amerika. Biden juga dapat menjalin komunikasi yang baik dengan komunitas Muslim di Amerika. Sementara Trump justru semakin membuat jarak dengan organisasi-organisasi Islam terlebih setelah secara provokatif mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pada sisi lain, profesor riset hubungan internasional ini melihat model dakwah orang-orang Muslim di Amerika memengaruhi persepsi positif penduduk Amerika terhadap Muslim. Ia mencontohkan pada komunitas Muslim Indonesia di Amerika yang berhasil membangun komunikasi yang baik dengan berbagai tokoh agama di Amerika serta menunjukkan ajaran Islam yang moderat.
"Mereka melihat sendiri kan sampelnya, ternyata orang Islam itu tidak seperti digambarkan oleh pandangan sebagian orang kulit putih yang disebut kejam, terorisme dan sebagainya. Ternyata faktanya mereka biasa dan lebih damai. Jadi, beberapa kasus interaksi individual antara orang Islam dengan orang kulit putih non Muslim di sana itu juga menimbulkan rasa care terhadap orang-orang Islam itu sendiri," kata dia.
top
Wajah Muslim Amerika
yang Kian Cerah